GUNUNG Hejo yang terletak di Kampung Hejo, Desa Gunung Hejo,
Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta sedikit demi sedikit mulai terkuak.
Berbagai terpaan isu yang banyak mengatakan bahwa kecelakaan tunggal yang
menimpa Saipul Jamil sehingga menewaskan istrinya, Virginia Anggraeni (23) yang masih menyisakan kisah misteri.
Termasuk seringnya terjadi kecelakaan di jalur cepat
tepatnya sepanjang jalur yang melalui Gunung Hejo yang disebut-sebut sebagai
petilasan Prabu Siliwangi dan Prabu Kiansantang.
Gunung Hejo letaknya cukup jauh dari jangkauan pemukiman
masyarakat umum. Petilasan yang di kelilinggi pepohonan ukuran besar yang
diperkirakan usainya ratusan tahun yang
letaknya terpecah oleh jalur Tol Cipularang membuat orang mengalami
kesulitan datang ke lokasi ini.
Posisi Gunung Hejo kalau dilihat dari jalur Tol Cipularang
letaknya berada di tengah-tengah antara Km 90-100. Jalur ini dikatakan sering
terjadi kecelakaan. Tak jarang korban langsung
meninggal di lokasi kejadian.
Berbagai ungkapan bahwa kecelakaan tersebut terjadi karena
disebabkan dunia lain atau mahkluk halus penghuni Gunung Hejo yang saat ini
lokasinya menjadi lintasan jalur cepat Cipularang. Termasuk pengakuan Saipul
Jamil mengenai penyebab mobil yang dikendarainya terhempas kuatnya angin yang
menerpa.
Hasil penelusuran Pasundan Ekspres di lokasi menyebutkan
Gunung Hejo konon sebagai tempat petilasan Prabu Kiansantang dan Prabu
Siliwangi, Kyai Haji, Ki Buyut Sepuh dan Raden Surya Kencana untuk melakukan
pertemuan. Karena intensitas pertemuan ini sering dilakukan, orang-orang
sekitar menganggap sakral tempat ini.
Abah Ahmad Sarip (89) yang dianggap sebagai kuncen Gunung
Hejo mengakui kalau memang tempat tersebut banyak dikeramatkan oleh banyak
orang. Banyak peziarah yang datang ke lokasi ini dari berbagai daerah termasuk
dari luar negeri.
"Gunung Hejo ini memang menjadi petilasan para raja.
Mereka sering membahas berbagai persoalan di tempat ini, baik pemerintahan dan
soal agama," terang dia ketika berbincang dengan Pasundan Ekspres, di
lokasi petilasan.
Ahmad mengaku sudah sejak kecil diberikan wangsit untuk
menjaga dan memelihara lokasi petilasan Prabu Siliwangi dan Prabu Kiansantang
ini. "Wangsit ini melalui mimpi yang menjadi kenyataan. Di tempat ini yang
dulu masih hutan belantara sebelum terpisah dijadikan jalan tol," katanya
bercerita.
Menurut Abah Ahmad dirinya mengaku ditarik oleh mahkluk
besar sebangsa jin. Jin ini mencengkram dirinya hingga kukunya masuk dalam
perutnya. Namun anehnya kuku tajam jin ini tidak sampai melukai tubuhnya.
"Kuku Jin ini menancap ke tubuh saya, tapi anehnya
tidak ada rasa sakit dan tidak melukai sedikitpun," ujarnya.
Petilasan ini diurus secara turun-temurun sejak tahun 1959,
sampai giliran dirinya. Namun selain dirinya masih ada satu lagi kuncen lainnya
tanpa bisa menyebutkan namanya. "Memang petilasan ini banyak orang yang
ziarah menyalahartikan, sehingga ada dua jalur ketika orang ziarah. Ada jalur
putih ada jalur hitam," ungkap Abah Ahmad.
Namun pada intinya untuk petilasan ini tidak ada jalur hitam
semuanya jalur putih. Kalau ada ziarah yang datang memiliki berbagai macam
permintaan.
"Kalaupun ada jalur cepat atau jalur hitam ini memang
tergantung pada orangnya. Semuanya diserahkan pada dirinya masing masing.
Biasanya kalau malam Jumat kliwon petilasan ini dipenuhi peziarah, "
bebernya.
Sementara itu, di lokasi petilasan berhasil diabadikan
kamera ada tiga orang peziarah yang masih duduk di lokasi itu. Asalnya mulai dari
Purwakarta, Tasik dan Cianjur.
Agus misalnya, peziarah asal Cianjur ini mengaku baru kali
pertama datang ke lokasi petilasan ini. Dirinya mengaku mendapat informasi dari
para kerabatnya yang terlebih dulu datang ke lokasi ini.
"Saya ingin cari berkah saja. Sejak usaha dan rumah
tangga berantakan saya datang ke tempat ini. Sudah tiga hari saya di tempat
ini, tapi belum ada petunjuk," katanya penuh dengan harap.
Menurut Agus dirinya juga mengetahui kalau di lokasi
petilasan ini ada dua jalan. Satu jalan cepat (hitam) dan satunya jalan lamban
(putih). "Tapi saya memilih jalur yang dianggap putih ini saja, saya
mungkin pulang setelah ada petunjuk. Namun pada intinya meskipun berzikir di
petilasan tetap meminta kepada Allah SWT," ungkapnya penuh dengan keputusasaan.
Sedangkan Yuyun, yang mengaku paranormal dan kerap datang ke
lokasi petilasan di Gunung Hejo setiap berkunjung dan melakukan ritual dan
wirid selalu berkomunikasi dengan mahkluk halus sebagai penunggu tempat itu.
"Bahkan pintu masuk saja dijaga oleh mahkluk halus yang
bernama Dewi Campaka. Pohon beringin besar ditunggu oleh Jin Barkola. Termasuk
pintu masuk jalan hitam dijaga oleh Hanoman," ungkap dia.
Kalau lokasi petilasan Prabu Kiansantang dan Prabu Siliwangi
ini memang sering disalahgunakan oleh orang yang datang sekadar mencari
kenikmatan duniawi saja. "Banyak juga peziarah yang datang ke sini dan
puasa sampai 40 hari zikir tapi apa yang diinginkan tidak kesampaian. Sehingga
mereka putus asa dan memilih jalan pintas," bebernya.
Sehingga dengan begitu tersebarlah bahwa Gunung Hejo ini
tempat ziarah yang mempunyai dua jalan. "Tapi pada intinya, petilasan ini
merupakan tempat yang disakralkan bukan untuk kepentingan yang tidak
baik," pungkasnya. Sumber: pasundanekspres